Tahun 2020 sudah terlewati, saatnya kembali
merefleksikan perjalanan yang telah ditapaki selama hampir setahun untuk
memulai tahun yang baru.
Apakah kehidupan pada tahun yang baru
berlalu berjalan lebih baik?
Apakah tahun ini penduduk Kota Tegal
lebih sejahtera?
Pada penghujung tahun 2020, BPS Kota
Tegal telah merilis salah satu indikator penting untuk mengukur kesejahteraan
penduduk Kota Tegal yang dihasilkan dari Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas) yaitu tingkat kemiskinan.
Dengan menggunakan garis kemiskinan
sebesar Rp 502.031,00 per kapita per bulan, pada tahun 2020 sekitar 19.550 penduduk atau 7,80 persen penduduk Kota Tegal termasuk dalam kategori penduduk miskin. Jumlah
penduduk miskin ini meningkat dibandingkan tahun 2019, yang mana jumlah
penduduk miskinnya sekitar 18.640 penduduk atau 7,47 persen. Secara jumlah
maupun persentase, kondisi kemiskinan Kota Tegal seakan mundur pada kondisi
tahun 2018. Pada saat itu terdapat sekitar 19.440 penduduk miskin atau sekitar 7,81
persen penduduk berada di bawah garis kemiskinan.
Kita menyadari bersama bahwa tahun 2020
adalah tahun yang sulit, dengan adanya pandemi yang menyerang sejak awal tahun
dan belum juga usai hingga pergantian tahun. Ruang gerak dan akses kita yang
jauh lebih terbatas telah menimbulkan efek domino terhadap perekonomian dan
pendapatan masyarakat.
Bagi penduduk miskin, tahun 2020 yang
sebagian besar diwarnai dengan pandemi ini tentu bukanlah tahun yang mudah. Besaran
indeks kedalaman maupun indeks keparahan kemiskinan Kota Tegal pada tahun 2020
mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2019. Hal ini menunjukkan bahwa
dibandingkan dengan kondisi tahun 2019, pada tahun 2020 jarak antara kondisi
ekonomi penduduk miskin dan garis kemiskinan lebih besar, sehingga cenderung lebih
sulit bagi penduduk miskin untuk menaikkan statusnya menjadi penduduk tidak
miskin. Tingkat ketimpangan kondisi ekonomi di antara penduduk miskin sendiri
juga semakin besar dibandingkan dengan tahun 2019, yang menunjukkan adanya
kemungkinan penduduk miskin yg benar benar berada di tingkatan terdalam
kemiskinan.
Mengutip sebuah perumpaan dari media sosial,
iika pandemi yang masih berlangsung ini diibaratkan sebagai gelombang ganas
lautan, maka kita semua sejatinya sedang berada di dalam kapal yang sedang
diombang-ambingkan oleh gelombang tersebut. Namun, tidak semua orang berada
dalam kapal yang sama. Ada yang berada di dalam kapal yang kuat dan mewah, ada
yang berada di dalam kapal yang kuat dengan fasilitas seadanya, bahkan ada yang
bertahan di rakit saja. Pada saat inilah sisi kemanusiaan kita diketuk. Tak apa
mengeluh, karena kita hanya manusia. Namun, kita juga dapat saling menguatkan,
saling membantu, dan saling berbagi, agar kita semua dapat
berada di kapal yang kuat dan dapat melewati gelombang pandemi ini dengan
selamat.
Jika fisik kita tak lagi dapat bergerak
bebas menghampiri ruang, saatnya kemanusiaan kita yang menjelajah ruang gerak
dan waktu.
Semoga kehidupan kita akan lebih baik
lagi pada tahun mendatang.
Narasi oleh norma, infografis oleh hesti.